Dikutip Dari Drs. Akhmad Mubarok M.Si.
Dilihat dari subjek sepakbola adalah manusia untuk itu kami
mencoba untuk memahami dan mengerti pelaku sepak bola. Memang pada
dasarnya seorang pemain sepakbola wajib hukumnya untuk memiliki jasmani
yang sehat dan tentu saja kuat. Harapan tersebut akan tercapai apabila
sebuah klub dapat menerapkan latihan fisik yang mencukupi baik dari segi
kuantitas, maupun kualitasnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah
latihan fisik bukan hanya harus rutin, tetapi juga harus fariatif dan
menyenangkan. Akan tetapi dalam olahraga, khususnya sepakbola, bukan
sisi jasmani saja yang berpengaruh, melainkan juga faktor psikologi
pemain. Jika kita lihat, faktor psikologi banyak diremehkan oleh seorang
atlet atau bahkan pelatih sepakbola. menurut saya, faktor ini justru
kunci dari keberhasilan tim. Oahragawan harus mempunyai psikologi yang
stabil. Maksudnya ialah dia harus dapat mengalahkan segala tekanan non
teknis yang datang kepada dirinya. Hal ini
ditujukan untuk meraih prestasi yang setinggi-tingginya. Sedangkan
Harnoto (2008:02) berpendapat bahwa selain fisik yang kuat, hendaknya
seorang pesepakbola diharapkan mempunyai mempunyai sisi psikis yang baik
pula. Ini penting agar ketika berada di lapangan permainan, pemain
dapat berkonsentrasi penuh terhadap sepakbola, tanpa harus terbebani
masalah-masalah lain yang justru akan meningkatkan kecemasan pemain.
beberapa hal lain yang perlu diperhatikan ialah:
1. PERSONAL
FOKUS
a. “penguasaan” lapangan: seseorang yang bermain di kandang lawan tentu
akan mengukur tingkat mental mereka untuk menghadapi kekuatan pressing
suporter dan lawan yang tidak memungkinkan untuk membaca keseluruhan
kemampuannya. bukankan kita mencoba mengukur mental kita ketika
berhadapan dengan orang lain: dari analisis kemampuan apa yang dimiliki
sampai tingkat agresifitas orang tersebut. kadang orang memparameterkan
“semakin track record banyak semakin berpengalaman” padahal track record
itu adalah penguasaan lapangan ini bisa dipangkas dengan mengikuti
latihan dengan mereka, mencoba memfantasikan kekuatan lawan secara
berlebihan.
b. katakutan akan kesalahan (punish): seharusnya ada jaminan
kepastian (ketegasan) dimana ada peraturan (punish-reward) yang
konsisten sehingga tercipta iklim kerja yang gak setengah-setengah.
tentu orang akan belajar dari pengalaman dimana ketika hukuman itu
bukanlah hal yang gak mesti ditakuti.”melanggar lagi
biasaaaaaaaaaaaaaaa…”
c. jaminan sosial: kita tentu akan merasakan kegalauan atau melakukan
permainan bila SPP anak belum lunas, konflik internal, belum sempat
mengurus KTP dan berurusan dengan Kelurahan, dan tekanan psikologis yang
kesemuanya itu dianggap sebagai hambatan. oleh sebab itu sebaiknya
disediakan tempat untuk memecahkan masalah mereka entah Kiayi atau
konselor atau psikolog yang juga bisa memediasikan masalah mereka jika
berhubungan dengan masalah sepak bola. dengan catatan tidak berhubungan
dengan masalah uang tentu yang bertanggungjawab adalah manajeman klub
sepak bola itu sendiri.
d. agresifitas: kita paham bahawa kualitas agresifitas ditentukan
karena faktor belajar (jika kita beljar dari psikologi belajar) tapi
dalam psikologi kita akan menemukan bahwa agresifitas itu bisa
diminimalisir dengan beberapa tratmen.
masalah treatment/test klasikal atau personal lebih efektif personal!.
2. TEAM WORK
a. konflik personal: tentu bisa diatasi dengan konselor/psikolog untuk
memediasikan atau usaha meminimalisir dengan memodeling beberapa
kemungkinan.
b. nalar: bagaimana kita
sistem budaya kitalah yang mengakibatkan semua ini berbeda sehingga
sulit untuk memodifikasi, seharusnya diciptakan iklim dimana budaya yang
ada adalah budaya dalam klub (budaya kerja profesional).
SARAN:
dilakukan pelatihan dan pendidikan:
1. nalar: dengan pelatihan-pelatihan yang memungkinkan outputnya
terciptanya pola pikir dimana mampu menemukan variabel-variabel
kemungkinan yang terjadi katika membaca aksi-reaksi (bola, pemain dan
lapangan). dan tentu harus dibutuhukan pembiasaan supaya tercipta
kemampuan reflektif. dan pemain bisa menentukan sikap dengan tegas apa
yang akan dilakukan (self-confidence)
2. spiritual: terciptanya kemampuan menemukan mengendalikan emosi:
dengan pembelajaran spiritual dimana pemain dapat menemukan esensi dari
makna kekalahan, kehidupan sejati, dll.
Semua itu dimaksudkan untuk meraih hasil maksimal sesuai harapan. Majulah olahraga Indonesia…….
No comments:
Post a Comment