Falsafah Menjadi Seorang Pelatih Sepakbola
Menarik sekali ketika kita membahasa falsafah atau dasar/fondasi dari pemikiran kita, saya pernah membaca buku karangan bapa Harsono dalam bukunya yang berjudul coaching beliau menjelaskan Falsafah seorang pelatih dan memberikan pertanyaan kepada pembaca. Mengapa anda ingin menjadi seorang pelatih?? Apa yang akan anda daptakan dari menjadi seorang pelatih?? Apakah anda siap berjuang dan berkorban untuk waktu dan tenaga anda??? Pertanyaan yang tentunya harus bisa anda jawab.....
Mengutip pernyataan beliau " seseorang yang lebih memilih mengumpulkan kekayaan daripada membuat hubungan yang baik dengan sesamanya" kata-kata ini simple namun penuh makna didalamnya, keteika seseorang lebih memilih mencari-cari dan menumpukan kekayaan dari pada harus membuat atau menjalin hubungan yang baik dengan sesamnya, zaman sekrang ini banyak orang yang materialistis, mereka mencari kekayaan entah itu dengan jalan yang halal ataupun haram tanpa memperdulikan keadaan atau dampak yang nanti ditimbulkan, maka dari itu mari kita luruskan falasafah hidup kita dengan lebih menjalin dulu hubungan dengan sesama manusia barulah dengan mencari kekayaan.
comeback to philosophy of life, setiap orang memiliki tujuan menjadi seorang pelatih itu berbeda=beda. ada yang menjadi pelatih ingin diakui atau dipandang oleh masyarakat sekitar, ada yang ingin mengembangkan atau mengamalkan ilmu pengetahuannya agar berguna bagi oranglain, ada yang ingin mencari kekayaan, ada yang ingin mensukseskan atletnya karena ketika atletnya sukses dia merasa puas.
Aspek-aspek falsafah dan etika coaching adalah saling berhubungan, yang keduanya mengacu kepada system nilai-nilai seseorang, sikap, kepercayaan (belief), dan prinsip-prinsip yang menuntun (guide) perilaku orang sebagaii pelatih (Harsono:1988).
1. Motivasi menjadi pelatih.
2. Harapan orang dari seorang pelatih.
Dalam setiap profesi musti ada kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh anggotanya. Demikian pula dalam profesi melatih. Ada seperangkat ketentuan dan kewajiban moral yang harus kita patuhi, yaitu berperilaku dan berkiprah sesuai dengan norma-norma, tujuan-tujuan, serta cita-cita tinggi dari profesi tersebut. Perangkat ketentuan-ketentuan tersebut biasanya dituangkan di dalam kode etik pelatih.
Falsafah seorang pelatih harus tercermin di dalam pendapatnya dan tingkah lakunya dalam melaksanakan tugasnya sebagai coach dan dalam membina atletnya-atletnya untuk memperkembangkan secara optimal kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosialnya. Di samping itu tugasnya adalah juga untuk memperkembangkan keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian, dan respek terhadap orang lain.
Falsafah seorang pelatih harus tercermin di dalam watak luhurnya, pertimbangan-pertimbangan intelektualnya, sportivitasnya, dan sifat-sifat demokratisnya.
Coach harus pula dapat memberikan bimbingan agar atlet-atletnya bisa berdikari dalam hidupnya kelak dan menjadi warga negara yang baik. Itu semua adalah (dan seharusnya) merupakan tanggungjawab seorang pemimpin olahraga, dan dengan sendirinya juga yang diharapkan dari seorang pelatih. (Harsono:1988).
3. Dilema pelatih
Karena sering kali kurang memperlihatkan pentingnya tujuan berolahraga ini, dan selalu merasa bahwa kepintaran coachingnya senantiasa dinilai oleh masyarakat dengan menang kalahnya atlet-atletnya dalam pertandingan, maka mereka seringkali lupa akan tugas-tugas moral dan tujuan-tujuan yang murni dari olahraga. Oleh karena itu sering kali pelatih mengahalalkan segala macam cara untuk bisa memenangkan pertandingan. Hal negatif inilah yang serring kali menyebabkan olahraga menjadi suatu aktivitas komersial dan bukan lagi sesuatu yang menyenangkan dan yang dapat dinikmati.
No comments:
Post a Comment